Miso Oriental: Perpaduan Mie Ayam-Ramen di Tengah Skena Indie

Apa jadinya kalau mie ayam bertemu ramen dalam satu mangkuk? Di Sorosutan, Jogja, ada tempat sederhana bernama Miso Oriental yang menjawabnya. Semangkuk mie dengan kuah rempah lokal, suasana santai, dan playlist band indie jadi magnet anak muda untuk datang berkali-kali. 

Buka sejak pukul 17.00 sampai 23.30, warung ini jadi persinggahan anak kuliahan dan anak sekolah. Bukan hanya karena lapar, tapi juga karena suasananya yang sangat artsy, di tembok ada poster The Smiths dan sesekali terdengar lagu Efek Rumah Kaca dan musik musik indie mengalun pelan.

Malam itu, Nurdin duduk santai di bangku plastik merah di depan warung. Ia bercerita bagaimana semuanya berawal."Memang suka mie, apalagi mie ayam dan bakmie akhirnya pengen bikin juga tapi dengan cita rasa yg berbeda," katanya.

Nurdin tak sendiri. Usaha ini bermula dari temannya, Fadhel Akbar. "Sebenernya punya temenku namanya Fadhel Akbar, dia dulu bukanya di Kasihan deket UMY di tahun 2022 awal, trs tutup selama setengah tahun trs karena aku nganggur aku ngajak buka lagi ditahun 2022 akhir," ceritanya.

Awalnya, warung ini bukan di Sorosutan dan belum seperti sekarang. "Awalnya nghabisin kontrak di deket UMY kemudian pindah ke UIN dulu modelnya streetview dengan gerobak angkringan, tapi jualan mie," lanjut Nurdin. Lokasinya waktu itu di pinggir jalan Papringan dekat UIN Sunan Kalijaga. Konsepnya kaki lima, dengan gerobak sederhana dan bangku kayu seadanya.

Meski sederhana, pembeli tetap ramai. Yang menarik, Miso Oriental memang tidak hanya jualan mie ayam biasa. "Sebenernya ini perpaduan mie ayam dan ramen, kalau dari segi rasa masih banyak rempah rempah lokal kayak jahe, sereh, kapulaga, bunga lawang," katanya. Racikan inilah yang jadi pembeda: gurih dan hangat, tapi tetap akrab di lidah orang lokal.

Dari awal, Miso Oriental memang menargetkan anak muda sekitar kampus. "Konsumennya kebanyakan anak muda kuliahan anak sekolah," ujar Nurdin. Tak heran kalau suasana warung pun dibuat santai dan ramah: ada bangku panjang, poster band, dan playlist lagu indie yang diputar pelan.

Tahun 2023 akhir, Miso Oriental membuka cabang di Sorosutan. Kali ini tak lagi pakai gerobak angkringan. Lokasinya lebih luas, ada tempat duduk yang cukup untuk beberapa kelompok. Meski begitu, konsep sederhananya tetap dipertahankan: bangku plastik merah, dan dinding yang ditempeli poster-poster seperti The Smiths. Musik skena indie jadi latar suasana, dari Efek Rumah Kaca sampai band lokal Jogja.

Di cabang Sorosutan inilah Miso Oriental makin dikenal anak muda. Sehari rata-rata bisa terjual 30-40 mangkok. "Kalau dulu di deket UIN malah bisa lebih banyak perharinya," kata Nurdin.

Meski bukan restoran besar, Miso Oriental punya pelanggan setia. Ada yang datang sendirian sambil scroll ponsel, ada yang nongkrong berdua dan sampai mangkuk kedua, dan ada juga rombongan yang datang sambil cerita panjang. Semua menikmati mie hangat dengan kuah rempah yang wangi. Harga seporsi juga masih ramah di kantong mahasiswa.

Yang membuat mereka bertahan bukan hanya rasa, tapi suasananya yang santai dan akrab membuat banyak orang datang lagi.

Kini, Miso Oriental jadi pilihan alternatif bagi anak kuliah yang rindu mie ayam, tapi ingin rasa berbeda. Semangkuk mie dengan rempah yang kaya, suasana duduk santai, obrolan ngalor ngidul, poster-poster keren di tembok, dan lagu-lagu skena indie dan suasana yang aesthetic dan "kalcer" istilah baru yang populer di kalangan Gen Z.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tarif Trump jadi Fokus Pertemuan Para Menlu Asean di Malaysia

Baru Melantai di Bursa, Harga Saham Indokripto Koin Semesta (COIN) Melesat 35%

Unggahan Terakhir Arya Daru Pangayunan Sebelum Ditemukan Tewas dengan Kepala Dilakban